Jumat, 11 Januari 2013

Setelah RSBI, Ada Program Lebih Bahaya Loh!

 Yang ramai sekarang ini adalah fenomena RSBI yang kini sudah ditiadakan. Maka pasca keputusan MK ini, terjadilah semacam adu gulat antara pihak pro dan kontra. Salah satu yang memandang keputusan ini salah adalah Prof. Rhenaldi Kasai yang menggunakan analogi hansip. Dan pihak yang pro ialah Satria Darma dengan pertimbangan tidak sesuai dengan keseragaman pendidikan: diskriminasi pendidikan, beserta argumentasi yang lain.

Lalu bagaimana pandangan penulis sendiri dengan opini RSBI ini?
Intinya yang penting keputusan itu sudah diputuskan oleh pemerintah, maka wajib ditaati dan dilakoni. Sepanjang tidak mengikis nilai-nilai aqidah dan akhlak anak didik. Sebab guru dan pihak yang peduli terhadap pendidikan di negara ini, hendaknya tidak banyak angkat bicara, sebab sudah diatur dalam Islam bahwa kita wajib untuk taat saja. Dan bersabar atas keputusan.
Meskipun ada pro dan kontra, tetaplah santai. Semua ada hikmahnya, mau RSBI atau SBI dibubarkan, maka bagi pihak yang pro, maka syukuri, yang tidak senang atas peniadaan ini, bersabar. Itu saja, jangan repot dan sinis atas semua yang terjadi!
Kita adalah manusia dan pendidik yang memiliki kesadaran untuk memajukan pendidikan. Tapi ingat, pendidikan itu maju bukan karena fasilitas dan aksi pro kontra yang terjadi, kalau begitu apa patronnya?

Cuma satu: Bertakwa.
Andaikata semua penduduk di bumi ini bertakwa kepada Alloh, maka insya Alloh akan timbul sakinah dalam berkehidupan.
Tulisan ini tidak menyudutkan yang kecewa atas putusan MK, dan tulisan ini pula bukan menggembirakan atas ketiadaan RSBI lagi. Tetapi, tulisan ini ditulis karena adanya perintah agama untuk taan kepada pemerintah yang tidak memerintahkan berbuat syirik. Kalau saja ada program setelah RSBI ini yang menyokong kesyirikan, tentunya ini tak boleh dibiarkan. Ini kan bahaya. Tetapi, insya Alloh, pemerintah -yang semoga Alloh menolong mereka- tidak akan berbuat demikian.

Bagaimana?

Praktiskan?
Wallohu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar